Pages

Jumat, 31 Desember 2010

Amazing Adventure Chapter ~ Eins (1) ~ {Together}

Chapter ~ Eins ~ {Together}




            “Kita akan selalu bersama selamanya, dan tidak akan pernah terpisah apapun yang terjadi. Aku janji…”

≈≈≈~≈≈≈

            “Huaaaahh!!! Panas bangeet! Kepanggang aku!” desah Frea sambil mengipas-ngipas lehernya yang kepanasan akibat udara musim panas ini.
            “Cuh! Lebay kau! Aku aja yang kepanasan kagak segitunya. Kamu-nya aja yang terlalu leebaaay!” Rea—kakak kembar Frea—mendorong sedikit pundak Frea pelan sekali.
            Frea hanya bisa mendesah, ditatapnya langit musim panas yang begitu biru cerah tanpa sedikitpun awan yang menghalangi teriknya sinar matahari siang itu. Balkon kamar Rea ini memang tempat favorit mereka buat ngobrol nyantai.
            “Hmmm… Hehehehe,”  sebuah ide terlintas dibenak Frea, yang membuatnya nyengir-nyengir gak jelas.
            “Ada apa?” Tanya Rea curiga.
            “Hmmm, Rea, gimana kalau kita ke kedai ice cream Michaelis itu? Kan kayaknya seger tuh, minum es krim ditengah cuaca gini…” Tanpa menunggu pendapat dari Rea, Frea menarik lengan saudaranya.

            “Mang!! Es krim coklatnya dua yah!” teriak Frea sambil mencari tempat duduk favoritnya. “Siiip deh neng…” mang es krim itu mengacungkan jempolnya. Tanda mengerti.
            Setelah menempati tempat duduknya, Frea menatap pelanggan yang dating dan pergi. Hari itu memang udara begitu panas dan banyak pengunjung yang hilir mudik. Sebenarnya, kedai ini bukan hanya kedai es krim. Setiap musim pasti kedai ini menjual benda yang berbeda-beda. Seperti saat musim panas ini, kedai ini menjual es krim. Saat musim gugur, mereka menjual jamur matsutake panggang ataupun kukus. Musim dingin, menjual berbagai macam minuman hangat. Dan saat musim semi, mereka menjual cake. Karena system seperti itulah kedai ini dapat bertahan disegala musim.
            Teng tong teng tong teng teng tong teng tong… Lagu Für Elise karya Bethoven, teralun didalam kedai itu. Kedai ini juga menyediakan berbagai macam nuansa. Klasik, Tradisional, Jazz, Pop, dan lain sebagainya.
            “Lagunya bagus banget ya Rea..”
            “Kau selalu mengatakan hal itu, Frea…” ujar Rea tersenyum. Ia tahu betul kalau saudarinya ini sangat menyukai lagu klasik. Apalagi karya Bethoven dan Mozart. Setiap hari, ia pasti mendengarkan alunan music dari arah kamar Rea. Kalau bukan Frea yang memainkan pianonya, pasti dari CD klasiknya. Tanpa sadar, seulas senyum mengembang diwajah Rea bila memikirkan saudarinya.
            “Eh, eh, ngomong-ngomong Frea, liburan musim panas ini kita mau ngapain?”
            “Ngapain aja boleh.. Asal nggak ngebosenin… Dan…” Frea menggenggam erat tangan Rea. Membuat wajah Rea tersipu. “Selalu bersama kamu..” lanjutnya pasti.
            “Lha… Itu kan udah pasti!” Rea menyunggingkan senyum manisnya.
            “Eheem… maaf den Rea, neng Frea mengganggu acara Anda. Ini pesanannya udah jadi… Oh iya, ini servis dari kedai Michaelis untuk pengunjung setia tiap musim..” mang es krim itu meletakkan dua mangkuk es krim coklat dan satu cup besar cornflakes sebagai bonus. Mata Frea berbinar-binar melihat es krim coklat favoritnya ditambah lagi dengan bonus. Disendokkannya es krim coklat yang ada dihadapannya. Namun tidak ia suapkan untuk dirinya, melainkan disuapkan untuk Rea.
            “Aaaa…” rea membuka mulutnya dan menerima suapan saudarinya. “Enak tidak?”
            “Udah jelaskan… Nih giliran kamu. Buka mulutmu…” Rea menyuapkan sesendok es krim untuk saudarinya.
            “Mmmmm… Segernyaaa~!!” Frea memegang kedua pipinya. Bila orang awam yang tidak memperhatikan wajah mereka dengan benar pasti menyangka bahwa mereka itu adalah sepasang kekasih. Sikap mereka yang sangat romantis, bisa membuat semua orang salah paham. Rea sang kakak lelaki bertekad untuk melindungi Frea yang notabennya adik perempuan yang enerjik namun lemah. Sedangkan Frea yang merasa nyaman berada disisi Rea yang selalu menjaga dan memanjakannya.

≈≈≈~≈≈≈
            “Huwee… Hiks hiks hiks…”  Frea kecil menangis dibawah pohon. Rambutnya terpotong tidak rapih dan wajahnya penuh dengan luka gores. Tak hanya itu, pakaiannya pun kotor dan compang camping.
            “Nangis aja terus!!” bentak seorang gadis sambil menodongkan pisau kearah Frea. Frea tersentak ketakutan. “Hiks hiks hiks…” isaknya lagi.
            “Ke… Kenapa kalian jahat padaku? Apa salahku?” Tanya Frea sambil menggenggam kedua tangannya erat-erat.
            “Karena kamu selalu nempel terus sama Rea!” ucap gadis yang lain. “Ta…Tapikan… Aku ini saudaranya. Kami memang selalu bersama-sama…” bela Frea lemah. Ia tahu tak ada gunanya mengatakan itu.
            “Maka dari itu Frea-chan… Karena kau selaluuu nempel sama Rea, kami ingin kau SE-DI-KIT menjauhi Rea!!” gadis yang menodongkan pisau, kini menempelkan mata pisaunya di leher Frea.
            “Hei!! Apa yang kalian lakukan???” teriak Rea yang kebetulan lewat. “Gawat! Itu Rea!!” bisik salah satu gadis itu.
            “Ah… Kalian Hiramoto-san, Kazawa-san, Marui-san dan Mori-san kan? Apa yang telah kalian lakukan pada kembaranku?” Tanya Rea dengan senyum yang mematikan.
            “Ka…Kami…” Hiramoto, yang menodongkan pisau kearah Frea mencicit ketakutan. Yang lainpun sama. “Minnie, tolong jaga Frea. Kyuhyun, bantu aku memberi pelajaran pada gadis-gadis brengsek ini!” Rea memanggil dua orang dari belakang.
            “Frea… Kau tak apa-apa?” Tanya Minnie khawatir. “Iya, tidak apa-apa…”
            Tak butuh banyak waktu untuk memberi pelajaran kepada gadis-gadis itu. Buktinya, Rea dan Kyuhyun segera kembali ke tempat Frea dan Minnie.
            “Frea… Maafkan aku tidak menjagamu dengan benar…” Rea segera menghampiri Frea dan memeluknya erat. “Sudahlah…”
            “Frea, aku janji… Kita tidak akan pernah terpisah lagi apapun yang terjadi. Aku janji…” Rea mengucapkan sebuah janji yang mutlak pada saudarinya. “Aku janji kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi…”
            “Janji?”
            “Iya, aku janji!” sudut-sudut bibir Frea mengembangkan sebuah senyum khasnya. “Baiklah… Aku pegang janjimu. Aku capek di jahatin terus selama enam tahun sekolah disini…”
            “Di SMP nanti, kau pasti tidak akan di jahili lagi. Aku yakin! Bukan begitu Kyuhyun? Minnie?”
            “Kukira kau melupakan keberadaan kami…” ejek Kyuhyun. Ia berdiri disebelah Rea dan Minnie. “Iya, kalian kalo udah berdua biasanya suka melupakan kami!” sambung Minnie. Ejekan mereka kemudian disambut oleh gelak tawa Rea dan Frea.

≈≈≈~≈≈≈

            Ingatan empat tahun lalu—saat mereka masih kelas enam SD kembali terlintas dibenak Rea. Ia selalu mengingat hari dimana ia mengucapkan sumpah untuk selalu bersama dan menjaganya apapun yang terjadi.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menghabiskan es krim yang dipesan. “Nah, Frea, kita pulang yuk?” Frea mengangguk pelan. “Udah bayar es krimnya?”
            “Ya jelas udahkan…” Frea tersenyum simpul kemudian mereka pulang kerumah dengan berjalan kaki.
            DEG
            Sebuah perasaan buruk terlintas dibenak Rea ketika melewati danau. Rea menatap danau itu. Tak ada siapa-siapa disana. “Ada apa Rea? Kau sakit?”
            “Tidak… Tidak ada apa-apa…” Rea mengabaikan perasaannya. Ia yakin tidak ada apa-apa di danau itu—walaupun ia ragu. “Kami pulaang~ Mamih~ Ada semangka tidak?” Tanya Frea memeluk mamihnya dari belakang.
            “Aduh aduh anak mamih yang satu ini… Bukannya tadi habis makan es krim bareng Rea?”
            “Iya, kenapa gitu mih?”
            “Yaa… Makan semangkanya nanti lagi. Jangan sekarang…”
            “Yaaah… Mamih mah gitu…” sambil cemberut Frea kembali ke kamarnya. “Tunggu dulu Frea…” cegat mamih.
            “Apa?”
            “Ini, ada tiket dua buat ke festival musim panas besok sore. Pergilah dengan Rea..” usul mamih sambil menyerahkan dua lembar tiket.
            “Waah… Makasih mih… Dimana festivalnya?”
            “Di danau dekat kedai Michaelis itu.”
            “Hmmm… Pakai yukata ga ya?” Tanya Frea minta pendapat. “Pakai aja, pasti banyak yang pake yukata…”
            “Oke deh…” Frea segera menuju kamar Rea untuk memberikan tiket. “Reaaaa!!!”
            “Ada apa?” konsentrasi belajar Rea menjadi buyar mendengar suara toak saudarinya.
            “Kamu ngapain Re?”
            “Aku?”
            “Iya, kamu… Siapa lagi?”
            “Aku lagi ngerjain PR fisika… Kenapa?”
            “Ini… Besok, kamu ada waktu gak?”
            “Kenapa gitu?”
            “Tadi mamih ngasih tiket buat kita..”
            “Tiket apa?”
            “Festival musim panas di danau dekat kedai Michaelis itu lhoo~”
            “Oh… Jadi?”
            “Iiiih… Jadi aku ngajak kamu ke festival itu. Mau ga?”
            Rea tampak menimbang-nimbang ajakan Frea. Frea tampak bingung dengan sikap Rea. Masalahnya, baru kali ini Rea nggak langsung nerima ajakannya. “Duuh… Ga papa gitu ya kalau aku kesana? Masalahnya tadi aku ada perasaan jelek banget buat deket-deket tuh danau…” batin Rea.
            “Kalau kamu ga mau juga ga papa kok. Aku bisa ngajak Minnie…” Frea tampak sedikit kecewa. “Ok ok… Aku mau dateng! So, please don’t make face like that. It’s annoying you know?”
            “Oh, Sorry… Thanks udah mau dateng,” Frea tersenyum cerah. “Cuma karena kamu aja Frea aku mau dateng, kalau bukan karena ekamu… Pasti aku kagak mau dateng.” Batin Rea.
            “Duh, ya Tuhan… apa tidak apa-apa aku sama Frea dateng ke festival itu? Bad feeling aku kali ini bener-bener parah. Tapi, gak mungkinkan aku biarin Frea pergi bareng Minnie? Aku tau kalau Minnie itu cewek baik-baik. Tapi, diakan cewek kayak Frea. Mana bisa ngelindungin Frea? Tapii… Kalau cowok yang diajak ama Frea aku lebih gak mau… Mau dibilang sister complex juga gak masalah… Toh, emang aku protective banget sama Frea. Aku sadar itu.. Tapi aku tidak seperti Kyuhyun—pacar Minnie— yang ngatur-ngatur Minnie.. Sorry, aku tidak seperti itu.. So, please Tuhan… Semoga bad feeling aku cuma sekedar perasaan yang gak akan pernah terjadi…” doa Rea dalam hati sebelum tidur.

≈≈≈~≈≈≈

            “Ada apa ya sama Rea? Kok dia ragu gitu nerima ajakan aku? Ini pertama kalinya ia tampak bimbang…” Frea tampak mondar-mandir didepan tempat tidurnya. Memikirkan sikap aneh Rea. Tangannya terlipat di dada dan dahinya berkerut. “Aaaahh!! Peduli! Mending tidur…” Frea kemudian merebahkan dirinya ditempat tidur dan segera terlelap.
            Ditempat lain—tepatnya dunia lain, atau dimensi lain, dua orang sahabat sedang bermain-main dengan tongkat mereka. “Eh, aku mau coba mantra ini. Gimana menurut kamu?” yang lelaki menunjuk kearah sebuah kalimat di buku super tebal yang ia pegang.
            “WHAT THE HELL? Ini aku yang gila atau kamu yang bego yah?”
            “Tidak keduanya!”
            “Kamu serius mau nyobain mantra ini?”
            “Iyaaa… Aku serius…”
            “Kalau terjadi apa-apa… Aku nggak mau tanggung jawab oke?” si gadis menyodorkan kelingking kanannya. Mengerti maksud si gadis, si lelaki menautkan kelingking mereka berdua.
            “Oke… Aku janji…”


≈To Be Continued≈

Tidak ada komentar:

Posting Komentar